Dengar Cerita Di Jalan
Ada Tersangka Yang Ditahan, Ada Yang Bebas
Hampir setiap hari berita-berita di koran pasti memuat
tentang kasus korupsi. Banyak hal yang bisa disimak dari masalah korupsi yang
terekpose di koran-koran. Bisa disimak tentang apa yang dilakukan oleh aparat
hukum atau mungkin juga sangat menarik untuk menyimak tentang begitu hebatnya
para tersangka untuk berkelit. Lebih menariknya adalah hampir semua kasus
korupsi pasti melibatkan orang-orang yang punya jabatan dan kekuasaan di
pemerintahan, dan masih terus ingin mempertahankan jabatan serta kekuasaannya
itu. Aneh, memang aneh, tapi inilah kenyataan yang dapat kita lihat dan
rasakan. Mungkin ini bisa terjadi karena tidak semua tersangka kasus korupsi
ditahan.
Berita-berita koran tentang kasus korupsi sangat baik
untuk dijadikan bahan pembicaraan dan analisis awam dari sekelompok orang yang
ingin iseng-iseng mencari tahu tentang ada apa dibalik semuanya itu. Disimpang
jalan sana ada beberapa orang yang dengan tidak sengaja berdiskusi tentang
penanganan kasus korupsi di NTT dan lebih khususnya di Kota Kupang. Orang-orang
yang berkumpul itu berbicara dengan heran, dan sepertinya mereka orang awam
tapi sedikit mengerti tentang hukum. Kayaknya mereka pernah duduk dibangku
kuliah, di dunia kampus. Atau jangan-jangan mereka adalah beberapa orang dosen
dan mahasiswa yang lagi menunggu angkota untuk ke kampus. Tapi sudahlah
penampilan mereka bukan hal yang menarik untuk ditulis, tapi apa yang mereka
bicarakan sangat baik untuk didengar dan ditulis. Karena memang dalam
kenyataannya ada orang yang berpenampilan sangat menawan, berpakaian rapi
bahkan berjas, menggunakan mobil dan sopir pribadi, punya ajudan, kalau turun
mobil ada yang membukakan pintu, kalau berjalan dan bertemu dengan bawahannya
pasti mendapat hormat, tapi semua itu adalah semu dan sementara. Ada kecurigaan
bahwa mungkin orang yang berpenampilan menawan inilah yang dibicarakan oleh
orang-orang yang ada di simpang jalan itu.
Seseorang yang ada di simpang jalan itu sepertinya lagi
serius membaca sebuah harian kota. Sementara membaca dia bergumam dengan
sendirinya “beta sonde tau lai, kira-kira yang salah ni katong pung aturan
hukum yang tertulis ko atau katong pung aparat hukum”. Seorang wanita yang
berdiri agak dekat dengannya, heran dan mulai bertanya “su kanapa lai ni bu,
ada berita apa ko pagi-pagi begini bu pung testa su bakarut ni?”. “Abis
di berita koran yang lalu beta ada dapa baca kalau ada pejabat di Kota Kupang
yang su jadi tersangka, dan ini hari lai ada kepala dinas lai yang jadi
tersangka”, sambung orang yang sedang baca koran itu. Sambil tersenyum
wanita itu berkata “bu e, itukan berarti katong pung aparat hukum dong
hebat-hebat dan dong su kerja dengan bae to!”. Dengan kaget dan wajah cukup
serius orang itu menyerahkan koran pada wanita di dekatnya sambil berkata “susi
e lebe bae susi baca ini koran baru katong baomong sa. Te jang sampe nanti beta
deng susi yang jadi bakalai di simpang jalan sini”. Wanita itu mengambil
koran dan segera membaca lalu kembali berbincang dengan orang yang ada di
dekatnya “wee betul bu, beta rasa katong pung jaksa dong su semakin berani
tetapkan tersangka deng ini kapala dinas dan hebat ju karena dong barani tahan
ini kapala dinas oo”. Masih dengan rasa cemasnya lelaki itu berujar “susi,
daritadi susi maen bilang hebat deng aparat hukum dong, memangnya dong pung apa
yang hebat”. Dengan tenang, wanita itu langsung mengatakan “hebat karena
dong barani tetapkan tersangka dan tahan itu kapala dinas e. Ini berarti bahwa
itu kapala dinas sonde barani kapala angin deng jaksa dong too”. “Bagini
sa susi, susi pernah baca dikoran atau mungkin dengar dari orang kalo ada
beberapa pejabat di Kota Kupang yang su jadi tersangka ko sonde?” tanya
sang lelaki. “Jang marah bu, beta sonde talalu suka ikuti kasus korupsi na”. Dengan semakin cemas
lelaki itu berkata “Ini ni yang orang bilang ‘sonya’ sonde nyambung, makanya
kalau sonde tau tentang perkembagan proses hukum kasus korupsi na jang talalu
capat puji-puji dengan aparat hukum dong. Katong kasi puji tu kalo dong barani
tahan samua tersangka, jang hanya saparu sa”.
Memang, tidak semua orang yang ada di Kota Kupang
khususnya, senang dengan informasi penanganan kasus korupsi. Apalagi mau dengan
sepenuh hati memberantas korupsi yang sementara merajalela. Ketika masalah
korupsi diwacanakan semua orang menyampaikan pikiran dan harapannya. Namun
ketika masalah korupsi telah menjadi kenyataan di depan mata kita, tidak semua
orang mau berpikir dan berharap untuk segera memberantasnya. Hanya segelintir
orang yang tetap punya komitmen untuk memberantas korupsi, dan tidak sedikit
juga orang yang acuh tak acuh dengan masalah korupsi. Orang yang acuh tak acuh
tersebut, terkadang bisa berlagak punya komitmen untuk memberantas kasus
korupsi, tapi sebenarnya itu hanya sebuah sikap ikut ramai.
Seorang anak muda yang sejak tadi mendengar pembicaraan
lelaki dan wanita itu mulai angkat bicara “Tanta, sebenarnya su dari lama
ada beberapa pejabat yang ditetapkan jadi tersangka. Sebelum ini kapala dinas
jadi tersangka dan ditahan, su ada pejabat laen yang jadi tersangka tapi dong
sonde sial sama ke itu kapala dinas ko sampe kena tahan. Dong masi bebas, bisa
pasiar ju pi luar daerah. Jadi yang tadi ini om omong ni, omong karena heran,
ini kapala dinas kena tahan ko kanapa yang laen sonde. Begitu tanta”. “Ooo…kalo
begitu yang bu persoalkan dari tadi tu karena ada tersangka yang kena tahan dan
ada yang sonde kena tahan koo?” tanya wanita itu pada lelaki tadi. Dengan
sedikit menahan rasa cemasnya, lelaki itu menjawab “berarti yang dari tadi
beta omong ni susi sonde mangarti ju e. Susi ni su ‘sonya’ tamba deng ‘telmi’
lai ni maa”. Sedikit berpikir, lalu wanita itu bertanya pada dua orang
lelaki tersebut “Jadi menurut bu deng ade nyong ni, kira-kira yang tadi beta
puji deng itu jaksa dong tu salah ko?”. Jawab lelaki itu “Sebenarnya
susi pung pujian tu sonde salah, cuma balom apa-apa susi su mulai puji na. Susi
talalu capat kasi pujian sa. Beta rasa susi pung pujian tu akan sangat berharga
kalo pas waktunya. Maksudnya, kalo memang samua tersangka kasus korupsi ditahan
berarti polisi dan jaksa harus dapa puji karena dong sonde pandang bulu untuk
berantas korupsi”. Anak muda itu pun ikut menanggapinya “betul tanta,
beta setuju deng ini om. Tanta pung pujian tu sonde salah, cuma sonde tepat
waktu sa. Soal pujian dengan aparat hukum ni, beta deng beta pung kawan kuliah
dong ju ada rencana untuk puji dong samua aparat hukum, asalkan dong proses
para tersangka dengan adil. Kalo sampe samua tersangka dong tahan, beta deng
beta pung kawan dong akan kasi ucapan profisiat di satu halaman koran na”.
Masih dengan wajah agak bingung, wanita itu kembali bertanya “kira-kira
kanapa ko sonde samua tersangka di tahan e?”. Dengan semangat, anak muda
itu menjawab “begini tanta, untuk urus kasus korupsi ni aturan hukum yang
dipakai polisi deng jaksa pasti sama. Cuma dong pung penafsiran sa yang
kadang-kadang berbeda”. Lelaki yang setengah baya itu pun langsung memotong
pembicaraan anak muda itu “batul nyong, beta sapakat”.
Memang, ketika ada kasus korupsi yang ditangani oleh
aparat hukum, polisi dan jaksa, pasti saja akan kita lihat sesuatu yang cukup
aneh dan memaksa kita untuk menganalisis secara cermat dan mendalam. Misalnya,
kita harus bertanya, kenapa polisi tidak menahan para tersangka sedangkan jaksa
langsung menahan tersangka?. Jadi kalau berbicara masalah korupsi, kita jangan
hanya terjebak dengan pemahaman bahwa ada seseorang atau sekelompok orang yang
menyalahgunakan keuangan negara untuk memperkaya diri atau kelompoknya, tetapi
juga masalah korupsi terkait dengan seorang atau sekelompok aparat hukum yang
enggan menggunakan waktu sebaik-baiknya untuk memberantas korupsi. Artinya,
bahwa aparat hukum itu telah salah gunakan waktu yang diberikan
negara/pemerintah untuk memberantas korupsi. Singkatnya, masalah korupsi adalah
masalah yang terkait dengan koruptor dan aparat hukum. Kalau memang ada
koruptor, maka aparat hukum harus menahannya. Kalau ada koruptor dan aparat
hukum tidak menahannya, maka akan membuat bingung masayarakat awam, dan akan
memunculkan pertanyaan, kalau begitu siapa yang koruptor sesungguhnya? Koruptor
itu sendiri atau aparat hukum? Ada baiknya pertanyaan ini tak usah dijawab,
tapi baik untuk direfleksikan.
Ketiga orang itu kembali bercakap-cakap. “bu,
jang marah e kalo dari tadi beta cukup buat bu spaning nae sadiki. Kayanya dari
katong pung omong-omong ni, beta semakin tertarik ikuti perkembangan proses
hukum kasus korupsi” kata wanita itu serius. Dengan sapaan balik yang
serius dan kalam lelaki itu berkata “sonde apa-apa susi, yang penting katong
sama-sama su bisa pahami tentang kenyataan yang katong alami terkait dengan
proses hukum kasus korupsi. Ada tersangka yang kena tahan dan ada yang bebas.
Tapi beta jujur sa susi, untung ko ini nyong iko bantu kasi pendapat, kalo
sonde beta ju pasti spaning akan nae trus karena susi ju pung tingka ke talalu
‘sonya’ deng ‘telmi’ na”. “Telmi tu apa bu? Kalo ‘sonya’ kan sonde nyambung to”
tanya wanita itu. Sambil tertawa kecil, lelaki itu menjawab “telmi tu
sejenis makanan ringan”. “Batul ko nyong?” tanya wanita itu pada
anak muda. “Beta dengar dari beta pung kawan dong, ‘telmi’ tu telat mikir,
tapi batul ko sonde beta ju sonde tau” jawab anak muda itu sambil senyum. “Sudah lai, mari su
susi katong jalan pi kampus su te damri su muncul ni” kata lelaki itu. “Hee…om
deng tanta ju mau pi kampus ko? Berarti katong kuliah satu kampus ni ma”
sambung anak muda itu. “Iya nyong, katong satu kampus, tapi beta deng ini om
ni baru lulus jadi dosen, makanya katong mau pi kampus ko lapor diri ni”
jawab wanita itu. “Nyong e, beta rasa katong harus bangun bersama dunia
kampus supaya bisa kritisi proses hukum kasus korupsi. Karena sakarang ni su
jelas-jelas katong selalu dengar bahwa samua orang sama di depan hukum, tapi
kenyataannya beda di depan aparat hukum. Makanya katong, mahasiwa deng dosen
harus gandeng tangan ko buat satu sikap bersama dari kampus” usul lelaki
yang baru jadi dosen itu. “Beta setuju, selama korupsi dan aparat hukum
sama-sama masih dilihat sebagai masalah maka katong harus nyatakan sikap”
wanita yang juga baru jadi dosen itu ceplas ceplos.
Yaa…memang ada banyak hal menarik yang bisa dipelajari
dari penanganan kasus korupsi. Juga akan muncul sejumlah ide dan pikiran kritis
dari orang yang punya komitmen berantas korupsi untuk nyatakan sikap. Gandeng tangan, satukan
pikiran, ikat komitmen dalam hati, maju dan langkah bersama nyatakan ‘Lawan
Korupsi Sekarang Juga’.*
Adi Nange
Tinggal Di Kampung Baru – Kota Kupang-2004
Tidak ada komentar:
Posting Komentar